Askep Amputasi
( Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi )
Pengertian Amputasi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi
dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang
terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6. Deformitas organ.
Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang
terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara
terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif
terakhir
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma
dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki
kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat
seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah :
1. Amputasi terbuka
2. Amputasi tertutup.
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang
berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan
selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi,
menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks
jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese.
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada
klien sesuai dengan kompetensinya.
Manajemen Keperawatan
Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat
dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap
intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.
a. Pre Operatif
Pada tahap preoperatif, tindakan keperawatan lebih
ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis
klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang
berkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan
kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang
mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit
diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru.
Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
Pengkajian fisik
dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh
untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan
amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan
kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan
darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
Sistem Integumen:
Kulit secara umum: Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
Lokasi amputasi : Lokasi amputasi mungkin mengalami
peradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap
terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
Sistem Cardiovaskuler :
Cardiac reserve : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang
dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
fungsi jantung.
Pembuluh darah : Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi :
Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari :
Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit : Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis :
Mengkaji tingkat kesadaran klien. Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Muskuloskeletal :
Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan
pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya
kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien
terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi
dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan
akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang
mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien
dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai
gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap
perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang
dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri
antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus
diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan
pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti
terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan
dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi
amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk
berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga
memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam
mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian
secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin
dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian
terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.
Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Karakteristik penentu :
- Mengungkapkan rasa takut akan pembedahan.
- Menyatakan kurang pemahaman.
- Meminta informasi.
Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria evaluasi :
- Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
- Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.
Intervensi :
- Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral. Rasional : Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.
- Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya. Rasional: Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.
- Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien. Rasional : Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.
Karakteristik penentu :
- Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
- Takut kecacatan.
- Rendah diri, menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
Kriteria evaluasi :
- Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
- Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup. Rasional : Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.
- Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi. Rasional : Membantu klien menggapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.
- Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah. Rasional : Meningkatkan dukungan mental.
- Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi. Rasional : Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri.
Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain :
þ Mengatasi nyeri
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatasi nyeri.
- Menginformasikan tersedianya obat untuk mengatasi nyeri.
- Menerangkan pada klien bahwa klien akan
“merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini
membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan
kaki protese.
þ Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
- Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur.
- Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki (
yang sehat ), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat
penyangga/kruk.
- Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu
ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas
postoperasi, mempertahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
þ Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
- Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
- Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat
bantu ( karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi
mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ).
- Memberikan semangat kepada klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.
- Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.
b. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap
mempertahankan kondisi terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen
(asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi optimal
klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran.
Khusus untuk tindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang
prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan
pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya
dimasa postoperatif.
c. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk
mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya
amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang
mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama
klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas
nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan
darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk
mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang
basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar
tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan
tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan
mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar
klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam
kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada
peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta
mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah
mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri
Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada
daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan
adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak
sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam
masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan
menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
Karakteristik penentu :
- Menyatakan nyeri.
- Merintih, meringis.
Tujuan : nyeri hilang / berkurang.
Kriteria evaluasi :
- Menyatakan nyeri hilang.
- Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
- Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Rasional : Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi.
- Bila terjadi nyeri panthom limb, Beri analgesik ( kolaboratif ). Rasional : Untuk menghilangkan nyeri.
- Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan. Rasional : Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb.
Karakteristik penentu :
- Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
- Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
- Depresi.
Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria evaluasi :
- Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
- Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
Intervensi :
- Validasi masalah yang dialami klien. Rasional : Meninjau perkembangan klien.
- Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan putung : perawatan luka, mandi, menggunakan pakaian. Rasional : Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.
- Berikan dukungan moral. Rasional : Meningkatkan status mental klien.
- Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri. Rasional : Memfasilitasi penerimaan terhadap diri.
Karakteristik penentu :
- Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
Tujuan : tidak terjadi komplikasi.
Kriteria evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
Intervensi :
- Lakukan perawatan luka adekuat. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan. Rasional : Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.
- Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam. Rasional : Sebagai monitor status hemodinamik.
- Pantau kondisi balutan tiap 4-8 jam. Rasional : Indikator adanya perdaraham masif.
- Monitor pernafasan. Rasional : Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin.
- Persiapkan oksigen. Rasional : Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat.
- Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu. Rasional : Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.
Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :
Melakukan perawatan luka postoperasi
- Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.
- Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan
hingga protese yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi
(6 bulan -1 tahun).
Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri
- Memberi dukungan psikologis.
- Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.
Mencegah kontraktur
- Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif
pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan
lagi.
- Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang
diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese,
menghindari terjadinya kontraktur.
Aktivitas perawatan diri
- Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
- Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.
- Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.
- Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.
- Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.
Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi
merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis,
spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek
tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko
yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif
harus benar-benar adekuat untuk mencapai tingkat homeostatis maksimal
tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk
membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik
dan psikologis akibat amputasi.
Referensi
Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S ( 1986 ), Manual Of Nursing Practice, 4th Edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia.
Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta.
Kozier, erb; Oliveri ( 1991 ), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California.
Reksoprodjo, S; dkk ( 1995 ), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar