Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, menetralkan racun dan obat.  Namun pada saat organ hati mengalami peradangan atau terinfeksi, kemampuannya untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut menjadi terganggu.

Definisi Hepatitis

Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).
Hepatitis dapat diartikan secara sederhana, yaitu suatu peradangan pada hati.
Definisi hepatitis menurut beberapa ahli adalah
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan Keperawatan Pada Anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Patofisiologi Untuk Keperawatan, 2000;145)

Klasifikasi Hepatitis

1. Hepatitis A
a. Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm.
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral (feses, saliva), sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, penyebarannya melalui air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 – 45 hari dengan rata – rata 25 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi di dalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.


2. Hepatitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm
b. Ditularkan melalui darah atau produk darah, saliva, semen, sekresi vagina. Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan.
c. Masa inkubasi 40 – 180 hari dengan rata- rata 75 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis, para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual baik heteroseksual maupun pria homoseksual

3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral (darah) pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. 80% kasus hepatitis terjadi akibat transfusi darah. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari


4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis D  (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
b. Penularannya terutama melalui darah (serum) dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat terlarang.
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
d. Hanya terjadi jika seseorang terinfeksi virus hepatitis B sehingga virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat.

5. Hepatitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya  32 – 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral (feses, saliva), kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.


Anatomi Fisiologi Hati

Hati atau lever merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam tubuh. Beratnya sekitar 1,5 kg ( 2 – 3 % berat badan ). Hati memilliki 300 milyar sel terutama hepatosit yang jumlahnya kurang lebih 80%, dan merupakan tempat utama metabolisme intermedier (Koolman, J & Rohm K.H, 2001). Hati manusia berada pada bagian atas cavum abdominalis, dibawah diafragma, dikedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritonium.
Hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yang disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler.
Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris.Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah.

Fungsi hati :
  • Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
  • Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah,
  • Tempat menyimpan beberapa vitamin ( vitamin A, D, E, K ), mineral (termasuk zat besi),
  • mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol
  • Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan menyerap zat gizi penting
  • Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun ( detoksikasi ) serta memetabolisme alkohol
  • Membantu menghambat infeksi


Etiologi Hepatitis

1. Virus hepatitis sesuai tipenya
2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

Tanda Dan Gejala Hepatitis

1.         Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Pertama kali timbul adalah penurunan nafsu makan ( nausea ) , mual, muntah, nyeri perut kanan atas (ulu hati). Badan terasa pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis B.
2.         Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu pertama, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal seluruh tubuh, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3.         Fase Penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

Patofisiologi Hepatitis

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

Pemeriksaan Diagnostik Hepatitis

1.         Pemeriksaan Laboratorium
a.         Pemeriksaan pigmen
-           urobilirubin direk
-           bilirubun serum total
-           bilirubin urine
-           urobilinogen urine
-           urobilinogen feses
b.         Pemeriksaan protein
-           protein totel serum
-           albumin serum
-           globulin serum
-           HbsAG
c.         Waktu protrombin
-           respon waktu protrombin terhadap vitamin K
d.         Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
-           AST atau SGOT
-           ALT atau SGPT
-           LDH
-           Amonia serum
2.         Pemeriksaan Radiologi
-           foto rontgen abdomen
-           pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
-           kolestogram dan kalangiogram
-           arteriografi pembuluh darah seliaka
3.         Pemeriksaan tambahan
-           laparoskopi
-           biopsi hati



Komplikasi Hepatitis

Ensefalopati hepatik terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.


Asuhan Keperawatan ( Askep )  Hepatitis

A.        Pengkajian Keperawatan
1.         Aktivitas
  • Kelemahan
  • Kelelahan
  • Malaise

2.         Sirkulasi
  • Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
  • Ikterus pada sklera, kulit, membran mukosa
3.         Eliminasi
  • Urine gelap
  • Diare, feses warna tanah liat
4.         Makanan dan Cairan
  • Anoreksia
  • Berat badan menurun
  • Mual dan muntah
  • Peningkatan oedema
  • Asites
5.         Neurosensori
  • Peka terhadap rangsang
  • Cenderung tidur
  • Letargi
  • Asteriksis
6.         Nyeri / Kenyamanan
  • Kram abdomen
  • Nyeri tekan pada kuadran kanan
  • Mialgia
  • Atralgia
  • Sakit kepala
  • Gatal ( pruritus )

7.         Keamanan
  • Demam
  • Urtikaria
  • Lesi makulopopuler
  • Eritema
  • Splenomegali
  • Pembesaran nodus servikal posterior
8.         Seksualitas
  • Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B.        Diagnosa  Keperawatan Hepatitis

Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorpsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan asupan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

2.         Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi dan bendungan vena porta.
3.         Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
4.         Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5.         Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6.         Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus

C.        Intervensi Keperawatan Hepatitis
1.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorpsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan asupan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a.         Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/        keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b.         Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan porsi sedikit tapi sering
R/        adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c.         Pertahankan higiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/        akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d.         Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan asupan
e.         Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/        glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2.         Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a.         Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena peregangan pada kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b.         Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
-           Akui adanya nyeri
-           Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c.         Berikan informasi akurat
-           Jelaskan penyebab nyeri
-           Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan cenderung lebih tenang dibanding klien yang mendapat penjelasan kurang/tidak mendapat penjelasan.
d.         Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3.         Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a.         Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
b.         Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 lt/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/  dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
c.         Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d.         Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis
R/        pakaian yang tipis memberikan sirkulasi agar panas badan tidak terperangkap

4.         Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a.         Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b.         Sarankan klien untuk tirah baring
R/        tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c.         Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d.         Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e.         Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis


5.         Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a.         Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
-           Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
-           Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b.         Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/        penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c.         Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/        penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d.         Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/        pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6.         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a.         Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen

b.         Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c.         Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran sekret
d.         Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e.         Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7.         Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a.         Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh
-           Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
-           Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
-           Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b.         Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit
c.         Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d.         Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi


Daftar Pustaka

Barbara C. Long. (1989). Perawatan Medikal Bedah. Yayasan Ikatan Alumni  Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung.
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Corwin, Elizabeth, S, 2000, Patofisiologi, Jakarta ; EGC.
Doengoes, Marilyne, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta ; EGC.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, FKUI ; Media Aesculapius.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Noer, Sjarifoellah, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta ; EGC.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Suparman. (1984). Ilmu penyakit dalam jilid I. FKUI. Jakarta
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.
Yatim F. DTM & H, MPH. Tropical Medicine & Hygiene. Hand- out Diploma Master of Public Health di Mahidol University, Bangkok, Thailand.