Minggu, 2008 Oktober 26
Posted by Defa Arisandi
Latar belakang.
Kanker paru merupakan penyebab kematian
utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat
suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer
Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan
136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA
tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di
Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais
Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan
leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya
belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar
peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk
1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan
faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi
antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Kanker Paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya
penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif
dan rehabilitatif.
Tujuan penulisan.
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian,
etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru.
Tinjauan teoritis.
Pengertian.
Tumor paru merupakan keganasan pada
jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas
dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi,
2000).
Etiologi.
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker
paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab
dalam peningkatan insiden kanker paru :
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama.
Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat
(lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).
Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu
sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada
penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari
50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja
yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi
rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang
bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Polusi
udara.
Mereka yang tinggal di kota
mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di
desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap
diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
<!--[if !supportLists]-->5.
<!--[endif]-->Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen
yang berperan dalam kanker paru, yakni :
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Proton oncogen.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Tumor suppressor gene.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh
tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah
gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan
(insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan
sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic
yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada
jaringan sekitarnya.
Predisposisi Gen supresor tumor
Inisitor
<!--[if !vml]-->
|
|
|
|
<!--[endif]-->
Delesi/ insersi
Promotor
<!--[if !vml]-->
|
|
|
|
<!--[endif]-->
Tumor/ autonomi
Progresor
<!--[if !vml]-->
|
|
|
|
<!--[endif]-->
Ekspansi/ metastasis
<!--[if !supportLists]-->6.
<!--[endif]-->Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi
betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker
paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Klasifikasi.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma
Pleura dan Paru – paru (1977) :
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Karsinoma Bronkogenik.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel
bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok
jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang
melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar
percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen
normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan
kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ –
organ distal.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti
kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian
perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan
parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
<!--[if !supportLists]-->d.
<!--[endif]-->Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru -
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat –
tempat yang jauh.
<!--[if !supportLists]-->e.
<!--[endif]-->Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
<!--[if !supportLists]-->f.
<!--[endif]-->Lain – lain.
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Tumor kelenjar bronchial.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Tumor papilaris dari epitel permukaan.
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->Tumor campuran dan Karsinosarkoma
<!--[if !supportLists]-->5.
<!--[endif]-->Sarkoma
<!--[if !supportLists]-->6.
<!--[endif]-->Tak terklasifikasi.
<!--[if !supportLists]-->7.
<!--[endif]-->Mesotelioma.
<!--[if !supportLists]-->8.
<!--[endif]-->Melanoma. (Price, Patofisiologi, 1995).
Manifestasi klinis.
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang
mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Gejala umum.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan
oleh massa
tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Patofisiologi.
Dari etiologi yang menyerang percabangan
segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada
auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
Pemeriksaan diagnostik.
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Radiologi.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang
dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Laboratorium.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas
untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun (umum pada kanker paru).
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Histopatologi.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian
bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui).
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang
letaknya perifer dengan ukuran <>
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan
hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
<!--[if !supportLists]-->d.
<!--[endif]-->Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau
kelenjar getah bening yang terlibat.
<!--[if !supportLists]-->e.
<!--[endif]-->Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru
dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan
parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan
mediastinum.
Penatalaksanaan.
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup klien.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan
kualitas hidup.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis
kanker baik pada pasien maupun keluarga.
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan
terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat
anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana
Asuhan Keperawatan, 2000)
Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama
seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka
penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada
satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
<!--[if !supportLists]-->d.
<!--[endif]-->Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih
segmen paru.
<!--[if !supportLists]-->e.
<!--[endif]-->Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas
metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin
dari pleura viscelaris)
Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan
sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada
tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola
pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau
dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
paru.
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Pengkajian.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan
mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial
(menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil
pembedahan Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan
yang diulang – ulang.
<!--[if !supportLists]-->4)
<!--[endif]-->Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul
(karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid)
<!--[if !supportLists]-->5)
<!--[endif]-->Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan
buruk, penurunan masukan
makanan. Kesulitan menelan, Haus/
peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang
berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena
kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
<!--[if !supportLists]-->6)
<!--[endif]-->Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada
pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak
dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel
besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.
<!--[if !supportLists]-->7)
<!--[endif]-->Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola
batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang
terpajan polutan, debu industri, Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja,
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi pada
inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap;
pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
<!--[if !supportLists]-->8)
<!--[endif]-->Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau
karsinoma), Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
<!--[if !supportLists]-->9)
<!--[endif]-->Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone
neoplastik, karsinoma sel
besar), Amenorea/ impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
<!--[if !supportLists]-->10)
<!--[endif]--> Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga,
kanker(khususnya paru), tuberculosis Kegagalan untuk membaik.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
<!--[if !supportLists]-->Þ
<!--[endif]-->Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit
pasien.
<!--[if !supportLists]-->Þ
<!--[endif]-->Frekuensi dan irama jantung.
<!--[if !supportLists]-->Þ
<!--[endif]-->Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit
serum, Hb dan Ht).
<!--[if !supportLists]-->Þ
<!--[endif]-->Pemantauan tekanan vena sentral.
<!--[if !supportLists]-->Þ
<!--[endif]-->Status nutrisi.
<!--[if !supportLists]-->Þ
<!--[endif]-->Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di
sisi yang di operasi.
<!--[if !supportLists]-->Þ
<!--[endif]-->Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Aktivitas atau istirahat.
Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi
tidur berkurang.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah
tinggi.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak,
karakteristik urine. Bisng usus, samara atau jelas.
<!--[if !supportLists]-->4)
<!--[endif]-->Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
<!--[if !supportLists]-->5)
<!--[endif]-->Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di
bawah tingkat anastesi.
<!--[if !supportLists]-->6)
<!--[endif]-->Nyeri dan ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik
nyeri, Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi, Atau efek –
efek anastesi.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi,
2000, dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Kerusakan pertukaran gas
Dapat dihubungkan : Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/
situasi.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan
frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas. Rasional : Dispnea
merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi
tambahan, misalnya krekels, mengi. Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak
sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan
dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan
nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Kaji adanmya sianosis Rasional : Penurunan oksigenasi
bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh,
lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
<!--[if !supportLists]-->e)
<!--[endif]-->Awasi atau gambarkan seri GDA. Rasional : Menunjukkan
ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi
atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat dihubungkan :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Kehilangan fungsi silia jalan nafas
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan
bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Catat perubahan upaya dan pola bernafas. Rasional : Penggunaan
otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya
bernafas.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.
Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi
cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak
efektif), juga produksi dan karakteristik sputum. Rasional : Karakteristik
batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum
bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat
jalan nafas sesuai kebutuhan Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas
paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
<!--[if !supportLists]-->e)
<!--[endif]-->Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin,
albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi,
hipertensi, tremor, insomnia. Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan
spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan
memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Ketakutan/Anxietas.
Dapat dihubungkan :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Krisis situasi
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Faktor psikologis.
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk
mengatasinya.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Mengakui dan mendiskusikan takut.
<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Tampak
rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Observasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional :
Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.
Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan
energi.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi,
bimbingan imajinasi. Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani
ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh
situasi. Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi
tindakan yang dapat membantu untuk individu.
<!--[if !supportLists]-->e)
<!--[endif]-->Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi
dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
<!--[if !supportLists]-->4)
<!--[endif]-->Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Kurang informasi.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Kesalahan interpretasi informasi.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program
aktivitas.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang
memerlukan perhatian medik.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak
informasi dalam cara yang jelas/ ringkas. Rasional : Sembuh dari gangguan gagal
paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi
untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat Rasional
: Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk
mengikuti dengan tepat program pengobatan.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan
makanan kalori tinggi. Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat
biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan
peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Berikan pedoman untuk aktivitas. Rasional : Pasien harus
menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas
untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen
berlebihan.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Kerusakan pertukaran gas.
Dapat dihubungkan :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Pengangkatan jaringan paru
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Gangguan suplai oksigen
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan
darah).
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan.
Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa.
Rasional : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme
kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak
normal. Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang
dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus
menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan
posisi, penghisapan, dan penggunaan alat Rasional : Obstruksi jalan nafas
mempengaruhi ventilasi, menggangu pertukaran gas.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi
duduk juga telentang sampai posisi miring. Rasional : Memaksimalkan ekspansi
paru dan drainase sekret.
<!--[if !supportLists]-->e)
<!--[endif]-->Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan
tepat. Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan
menurunkan/ mencegah atelektasis.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Peningkatan jumlah/ viskositas sekret
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Kelemahan/ kelelahan.
Kriteria hasil : Menunjukkan patensi jalan
nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan
pernafasan tak bising.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya
sekret. Rasional : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya
sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif
dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi. Rasional :
Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menmguatkan
upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh
perawat.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan
harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari)
dalam toleransi jantung. Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret
hilang/ peningkatan pengeluaran.
<!--[if !supportLists]-->e)
<!--[endif]-->Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau
analgetik sesuai indikasi. Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk
memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Nyeri (akut).
Dapat dihubungkan :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Adanya selang dada.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik
nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10. Rasional : Membantu dalam
evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien
dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
analgesic, meningkatkan control nyeri.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan
petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan
psikologi. Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien
dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri. Rasional : Takut/
masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
<!--[if !supportLists]-->e)
<!--[endif]-->Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan
teknik relaksasi. Rasional: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
<!--[if !supportLists]-->4)
<!--[endif]-->Anxietas.
Dapat dihubungkan:
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Krisis situasi
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Ancaman/ perubahan status kesehatan
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Adanya ancman kematian.
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan
wajah tampak rileks/ istirahat
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang
diagnosa. Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi
informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup.
Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan
memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima
kenyataan kanker dan pengobatannya.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan
penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan emebuka cara
penyelesaiannya.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur.
Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah
interpretasi terhadap informasi..
<!--[if !supportLists]-->e)
<!--[endif]-->Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan
perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan. Rasional :
Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien
yang merasa tek berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
<!--[if !supportLists]-->f)
<!--[endif]-->Berikan kenyamanan fiik pasien. Rasional : Ini sulit untuk
menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik
menetap.
<!--[if !supportLists]-->5)
<!--[endif]-->Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Salah interperatasi informasi.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Kurang mengingat
Kriteria hasil :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan
alas an tindakan tersebut.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Berpartisipasi dalam proses belajar.
<!--[if !supportLists]-->d)
<!--[endif]-->Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil
yang diharapkan. Rasional : Memberikan informasi khusus individu, membuat
pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah. Radiasi dan
kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan informasi penting untuk
memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat keputusan berdasarkan
informasi.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan
dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi
tentang harapan jangka pendek/ panjang dari penyembuhan. Rasional : Lamanya
rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi preoperasi,
dan lamanya/ derajat komplikasi.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi
perawatan saat pulang. Rasional : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan
kesehatan umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga
memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan pada waktu yang sedikit
stres.
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal
Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan
Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar