HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 10 mmHg dan
tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada lansia, hipetrensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Hipertensi dibagi dalam beberapa jenis, yaitu
1.
menurut WHO, diabgi menjadi 3
yaitu :
a. Hipertensi
derajat I, jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg
b. Hipertensi
derajat II, jika tekanan diastoliknya 110-119mmHg
c. Hipertensi
derajat III, jika tekanan diastoliknya > 120mmHg
2.
berdasarkan penyebabnya, dibagi
menjadi 2 jenis,yaitu :
a. Hipertensi
Primer / Essensial
suatu keadaan hipertensi sebagai akibat dari gaya hidup
seseorang, lingkungan dan juga faktor keturunan.
b. Hipertensi
Sekunder
suatu keadaan Hipertensi akibat
seseorang mengalami / menderita penyakit lain seperti gagal jantung, gagal
ginjal atau kerusakan system hormone tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan
darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita
hamil yang berat badannya diatas normal.
Klasifikasi
tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel :
Klasifikasi
|
Tekanan Sistolik
(mmHg)
|
Tekanan Diastolik (mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
< 80
|
Perihipertensi
|
120 – 139
|
80 – 89
|
Hipertensi Stage I
|
140 – 150
|
90 – 99
|
Hipertensi Stage II
|
> 150
|
>100
|
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari hipertensi
essensial samapai saat ini belum dapat diketahui. Kurang lebih 90 % penderita
hipertensi tergolong Hipertensi Essensial sedangkan 10 % nya tergolong hipertensi
Sekunder.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi Sekunder:
1.
penyakit ginjal
a.
stenosis arteri renalis
b.
pielonefritis
c.
glomerolunefritis
d.
tumor-tumor ginjal
e.
ginjal polikista ( biasanya diturunkan )
f.
trauma pada ginjal / luka
g.
trauma penyinaran yang mengenai ginjal
2.
kelainan hormonal
a.
hiperaldosteronisme
b.
sindrom Caushing
c.
feokromositoma
3.
obat-obatan
a.
pil KB
b.
kortikosteroid
c.
siklosporin
d.
eritropoetin
e.
kokain
f.
penyalahgunaan alcohol
g.
penggunaan kayu manis yang
berlebihan
4.
penyebab lain
a.
koartasio aorta
b.
preeklampsia pada kehamilan
c.
porfiria intermitten akut
d.
keracunan timbale akut
Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensi essensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak
ditujukan ke penderita hipertensi essensial. Penggunaan obat-obatan seperti
golongan kortikosteroid ( kortison ) dan beberapa obat hormone, termasuk
beberapa obat anti radang ( anti inflamasi ) secara terus menerus dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu factor
penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang
berisi nikotin. Minuman beralkohol juga termasuk factor yang dapat menimbulkan
terjadinya tekanan darah tinggi.
Factor-factor yang dapat meningkatkan resiko timbulnya hipertensi:
1.
Faktor keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi essensial didapatkan
riwayat hipertensi dalam keluarga, khususnya ayah dan ibu klien. Apabila dalam
suatu keluarga terdapat riwayat hipertensi, maka kemungkinan seseorang dalam
keluarga itu untuk terkena hipertensi essensial lebih besar. Dan juga banyak
dijumpai pada klien yang kembar
monozigot ( satu telur ), apabila salah satunya menderita hipertensi.
2.
Faktor Lingkungan
seperti stress, kegemukan / obesitas dan kurang olah
raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi essensial. Hubungan antara
stress dan hipertensi diduga karena aktivasi saraf simpatis, yang bekerja pada
saat kita beraktifitas. Peningkatan aktifitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermitten / tidak menentu. Bila stress berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Hubungan antara obesitas dan hipertensi adalah bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan
obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal.
Olah raga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya obesitas dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh yang akan
dikeluarkan melalui keringat oleh kulit.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme
yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada pusat
vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor tersebut bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen.
Rangsangan
pusat vasomotordihantarkan dalam bentuk impulsyang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neurun
preganglionmelepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah. Dengan dilepaskannya norepineprin akan
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin.
Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rngsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menseksresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid linnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II yang menyebabkan adanya sutu vasokonstriktor yang kuat. Hal ini
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang mengakibatkan volume
intravaskular. Semua faktor tesebut cenderung menyebabkan hipertensi.
Pada
lansia, perubahan struktur dan fugsi pada sistem pmbuluh perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut
meliputiaterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan menurunkankemampuan distensi daya
regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan arteri besar bekurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer.
Gambar patofisiologi
hipertensi
D.
KOMPLIKASI
Pada krisis
hipertensi dapat timbul komplikasi lanjut pada organ - organ tubuh sebagai
berikut :
-
Pada Ginjal : Hematuri, Kencing sedikit
-
Pada Otak : Stroke, euchepalitis
-
Pada Mata : retinapati hipertensi
-
Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikel kiri
dengan / tanpa payah jantung, Infark Jantung & Jantung koroner
E.
MANIFESTASI KLINIS
Pada
pemeriksaan fisik kemungkinan tidak akan dijumpai adanya suatu kelainan yang
nyata selain tekanan darah yang tinggi akan tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina seperti perdarahan , eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah dan pad kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Seseorang
yang mengalami hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala muncul biasanya dengan timbul adanya kerusakan vaskuler
dengan manifestasi yang khas sesuai sitem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah
gejala yang paling sering menyertai hipertensi.
Hipertensi ringan atau sedang umumnya
tidak menimbulkan gejala. Gejala hipertensi baru muncul bila hipertensi menjadi
berat atau pada keadaan krisis hipertensi. Gejala-gejalanya berupa :
a.
sakit kepala, pusing, sesak
nafas
b.
muntah, , kardiomegali
c.
gelisah, sianosis, dispneu,
edema
d.
berat badan turun, heptaomegali
e.
keringat berlebihan, takikardi,
ronki
f.
murmur, epistaksis, bising
jantung
g.
palpitasi, poliuri, proteinuri,
hematuri
h.
retardasi pertumbuhan
F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat
penting. Retina harus diperiksa dan dilakukanpemeriksaan laboratoriumuntuk
mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.
Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi. Protein dalam
urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Pemeriksaa khusu seperti renogram,
pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan
penentuan kadar urine dapat dilakukan untuk mengidentifikasikan pasien dengan
penyakit renovaskular.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
§ Hb/Ht :
untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
§ BUN /
kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
§ Glucosa :
Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
§ Urinalisa :
darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
§ CT Scan :
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
§ EKG : Dapat
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
§ IUP :
mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
§ Photo dada
: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
- PENATALAKSANAAN MEDIS
Modifikasi gaya hidup
Penurunan berat badan
Pengurangan asupan alkhohol
Aktivitas fisik teratur
Pengurangan masukan natrium
Penghentian rokok
|
Respon tidak
adekuat
Lanjutkan modifikasi gaya
hidup
Pemilihan farmakologi awal :
Diuretik atau penyekat b lebih disukai karena
terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas
ACE inhibitor, kalsium
antagonis, reseptor penyekat dan penyekat -bbelum pernah diuji
maupun dibuktikan menurunkan morbiditas dan mortalitas
|
Respon tidak
adekuat
Naikkan dosis obat
|
Tambahkan bahan kedua dari jenis yang berbeda
|
Ganti dengan obat lain
|
Atau Atau
Respon tidak
adekuat
Tambahkan bahan kedua atau ketiga dan
atau diuretik bila belum
diresepkan
|
Alogaritma
penanganan Hipertensi (Dari Fifth Report of
the Joint National Comitte on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure, Arch. Intern. Med. 1993; 153:163.)
GOLONGAN
OBAT
|
SUB GOLONGAN BERDASARKAN CARA KERJA
|
CONTOH JENIS OBAT
|
Diuretik
|
Loop agents
|
Furosemid, bumetamid
|
Carbonic anhydrase inhibitor
|
Acetazolamid, Thiazid & loop agents
|
|
Thiazide
|
Hidroklorotiazid,
Bendrofluazid, metolazone
|
|
Pottasium-sparing diuretic
|
Spironolactone, amiloride, treamterene
|
|
Vasodilator
|
Angiotensin Converting Enzime Inhibitor (ACE inhibitor
|
Captopril, enarapril, lisinopril
|
TUJUAN TERAPI
Tujuan terapi:
- Mengurangi morbiditas dan mortalitas
- Menurunkan tekanan darah < 140/90 untuk hipertensi tanpa komplikasi dan < 130/80 untuk penderita diabetes mellitus serta ginjal kronik.
- Tekanan darah sistolik yang utama untuk diturunkan, bukan tekanan darah diastolik
Jenis-jenis
obat hipertensi
GOLONGAN OBAT
|
SUB GOLONGAN BERDASARKAN CARA
KERJA
|
CONTOH JENIS OBAT
|
Diuretik
|
Loop agents
|
Furosemid, bumetamid
|
Carbonic anhydrase inhibitor
|
Acetazolamid, Thiazid & loop agents
|
|
Thiazide
|
Hidroklorotiazid,
Bendrofluazid, metolazone
|
|
Pottasium-sparing diuretic
|
Spironolactone, amiloride, treamterene
|
|
Vasodilator
|
Angiotensin Converting Enzime
Inhibitor (ACE inhibitor
Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB)
Calcium Channel Blocker (CCB)
Alpha1 Blocker
Kalium Channel activation (vasodilator arteri langsung)
|
Captopril, enarapril, lisinopril
Losartan, valsartan
Amlodipine, Nifedipine
Prazosin, doxazosin, terazosin
Minoxidil
|
Centrally acting
|
Antagonist alpha2 pusat |
Clonidine, metildopa |
Beta blocker
|
Beta1 / Beta2 Blocker
Beta 1 selective
|
Propanolol
Atenolol, bisoprolol, metorolol
|
Algoritma penanganan hipertensi secara
farmakologi
Algoritme hipertensi dengan compelling
indication
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
- Aktivitas/ Istirahat
- Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
- Sirkulasi
- Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
- Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
- Integritas Ego
- Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
- Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
- Eliminasi
- Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
- Makanan/cairan
- Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
- Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
- Neurosensori
- Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
- Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
- Nyeri/ ketidaknyaman
- Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
- Pernafasan
- Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
- Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
- Keamanan
- Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidak seimbangan supplay O2 dengan kebutuhan.
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
pengobatan, factor resiko dan perawatan
lanjut berhubungan dengan keterbatasan
koginitf
3. Nyeri berhubungan dengan penurunan supplay darah koroner
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Nyeri berhubungan dengan
penurunan supplay darah koroner
|
NOC Outcome : Kontrol nyeri
Client Outcome :
- Mampu mendeskripsikan
Nyeri
- Mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
TK : sebagian
P:nyeri terjadi
karena kurang nya istirahat
Q:nyeri
seperti tertusuk tusuk
R:nyeri
menyebar ke seluruh dada
S:nyeri skala
6
T:nyeri dating
tiba-tiba
|
NIC : Manajemen nyeri
Guidance :
1. Monitor vital sign
2. Lakukan penilaian terhadap nyeri
meliputi lokasi, karakteristik,
durasi serta faktor pencetus
3. Fasilitasi lingkungan yang
Nyaman
4. Berikan obat anti nyeri
5. Berikan teknik nonfarmakologi
dengan relaksasi dan distraksi
|
Mengetahui adanya perubahan sistemik tubuh
Menentukan intervensi yang sesuai serta keefektifan terapi yang diberikan
Meningkatkan ketenangan dan kenyamanan
Mengurang nyeri
|
2. Kurang pengetahuan tentang
kondisi, pengobatan, factor resiko
dan
perawatan lanjut berhubungan
dengan
keterbatasan koginitf.
|
NOC Outcome :
Pengetahuan tentang proses penyakit
Client Outcome
:
- Pengetahuan
meningkat
- Kooperatif
dalam pengobatan
TK : sebagian (di bantu oleh perawat)
|
NIC :
Pengajaran proses penyakit
1. Kaji
kesiapan klien untuk
menerima informasi
2. Kaji
pengetahuan klien tentang
penyakit hipertensi, penanganan
dan pencegahannya
3. Bangun rasa
saling percaya
4. Jalaskan
tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala,
penanganan dan pencegahan
sesuai dengan kemampuan klien
5. Evaluasi
tingkat pemahaman dan
kemampuan
dalam menerima
penjelasan
|
Mengetahui
tingkat pengetahuan untuk kesiapan dalam penyuluhan lebih lanjut
Klien dapat belajar tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
penanganan dan pencegahan hipertensi
Pemahaman klien dapat membenatu menentukan intervesi lebih lanjut
|
3. Nyeri berhubungan dengan
penurunan supplay darah koroner
|
NOC Outcome : Kontrol nyeri
Client Outcome :
- Mampu mendeskripsikan
Nyeri
- Mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
TK : sebagian
|
NIC : Manajemen nyeri
Guidance :
1. Monitor vital sign
2. Lakukan penilaian terhadap nyeri
meliputi lokasi, karakteristik,
durasi serta faktor pencetus
3. Fasilitasi lingkungan yang
Nyaman
4. Berikan obat anti nyeri
5. Berikan teknik nonfarmakologi
dengan relaksasi dan distraksi
|
Mengetahui adanya perubahan sistemik tubuh
Menentukan intervensi yang sesuai serta keefektifan terapi yang diberikan
Meningkatkan ketenangan dan kenyamanan
Mengurang nyeri
|
4. Resiko infeksi berhubungan
dengan tindakan invasif
|
NOC Outcome : Kontrol infeksi
Client Outcome :
- Bebas dari tanda-tanda infeksi
- AL dan differensial normal
- Vital sign normal
- Mampu mendemostrasikan
cara pencegahan infeksi
|
NIC : Manajemen infeksi
1. Observasi vital sign dan adanya
tanda-tanda infeksi pada
daerah
dilakukan tindakan invasif
2. Monitor hasil laboratorium
3. Lakukan perawatan dengan
teknik septik dan aseptik
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Anjurkan klien dan keluarga
untuk menjaga kebersihan
lingkungan
|
Mengetahui sedini mungkin adanya tanda-tanda infeksi
Mencegah serta mengurangi terjadi infeksi silang
Memabantu mencegah infeksi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar